Kamis, 23 Oktober 2014

Makalah Gastroenteritis




ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.U DENGAN GASTROENTERITIS







Rima Nurmala Sari
1210711078













PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2014-2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN AN.U DENGAN GASTROENTERITIS, tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah hematologi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.


Depok, September 2014

Rima Nurmala
             




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN                                                                           
1.      Latar Belakang ..................................................................................................... 3
2.      Tujuan................................................................................................................... 3
3.      Rumusan Masalah................................................................................................ 3
BAB II KONSEP DASAR TEORI
I.       Anatomi dan Fisiologi Hematologi ........................................................................ 4
II.    Anemia Kronik....................................................................................................... 8
1.      Pengertian Anemia ......................................................................................... 8
2.      Etiologi............................................................................................................. 8
3.      Patofisiologi..................................................................................................... 9
4.      Manifestasi klinis............................................................................................ 11
5.      Klasifikasi......................................................................................................... 11
6.      Komplikasi..................................................................................................... 14
7.      Pemeriksaan penunjang ............................................................................... 14
8.      Penatalaksanaan........................................................................................... 15
9.      Asuhan Keperawatan.................................................................................... 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................,.............................................. 42

                                                                                                           




BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai semakin tinggi pula derajat kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan zaman, timbul berbagai macam penyakit yang menyerang seluruh kehidupan tanpa mengenal tempat, waktu dan usia.
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang penting.

2.      TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan khusus :
1.      Mengetahui pengertian dari Gastroenteritis
2.      Menngetahui penyebab dari Gastroenteritis
3.      Mengetahui tanda dan gejala dari Gastroenteritis
4.      Mengetahui klasifikasi dari Gastroenteritis
5.      Mempelajari asuhan keperawatan Gastroenteritis

3.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apa pengertian Gastroenteritis?
2)      Apa saja penyebab Gastroenteritis?
3)      Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien Gastroenteritis?
4)      Bagaimana proses perjalanan Gastroenteritis?
5)      Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Gastroenteritis?




BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A.    Anatomi dan Fisiologi

B.     Pengertian
            Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. (Sudaryat Suraatmaja.2005)
            Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam feses. (Suharyono,1999)
            Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair. (Suriadi, 2001)
            Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin. (Tucker,1998)
            Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk feses encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.

C.    Etiologi
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1.          Infeksi
a.       Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli, Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G. lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal oral : makanan , minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita
b.      Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.
2.          Malabsorsi
a.       Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.      Mal absorpsi lemak
c.       Mal absorpsi protein
3.          Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4.          Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah besar.

D.    Patofisiologi
            Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng banyak terkena.
            Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan intestinal.
            Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik. (Suriadi,2004: 83)
            Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang. (Corwin,2000:321)



                   PATHWAYS


E.     Manifestasi Klinik
            Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare.
            Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai  tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a.       Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b.      Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c.       Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit :
a.       Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul.
b.      Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c.       Hipoglikemi gangguan gizi
d.      Syok hipovolemi.


F.     Klasifikasi
Klasifikasi
Tanda dan Gejala
Tak ada dehidrasi
Tak ada tanda dan gejala dehidrasi :
-          Keadaan umum baik, sadar
-          Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan) dalam batas normal
Dehidrasi tak berat
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
-          Gelisah, rewel
-          Mata cekung
-          Air mata kurang
-          Haus (minum banyak)
-          Mulut dan bibir sedikit kering
-          Cubitan kulit perut kembali lambat
-          Tangan dan kaki hangat
Dehidrasi berat
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
-          Kondisi umum lemas
-          Kesadaran menurun – tidak sadar
-          Mata cekung
-          Air mata tidak ada
-          Tidak mampu untuk minum/minum lemah
-          Mulut dan bibir kering
-          Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik)
-          Tangan dan kaki dingin

G.    Komplikasi
a)      Dehidrasi
b)      Renjatan hipovolemik
c)      Kejang
d)     Bakterimia
e)      Mal nutrisi
f)       Hipoglikemia
g)      Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.

H.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang meliputi :
1.          Pemeriksaan Feses
-            Makroskopis dan mikroskopis.
-            pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
-            Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
-            Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
-            Kultur fese (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan), untuk menentukan patogen
-            Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
2.          Pemeriksaan Darah
-            pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
-            Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
-            Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada gastroenteritis yang berasal dari bakteri)
-            Hitung darah lengkap dengan diferensial
3.          Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
-            Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
-            Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4.          Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5.          Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme Shigella keluar melalui urine)

I.       Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1)      Pemberian cairan
2)      Dietetik (pemberian makanan)
3)      Obat-obatan
4)      Education : memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang sehat atau makanan untuk anak diare

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui feses dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)

Penatalaksanaan :
a.    Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1)   Jenis cairan yang akan digunakan
-       Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan feses.
-       Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
-       Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat dengan pengganti oralit : air teh + 1 sendok gula + seujung sendok garam atau air tajin + gula + garam
2)   Jumlah cairan yang akan diberikan :
-       Pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
-       Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
                                         0,001
3)   Kembali makanan semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang.
Misal : SGM diencerkan 1/3 takaran semula, biasanya makan nasi tim di ganti bubur dahulu.
·         Keperluan cairan
Dehidrasi ringan        : 150 cc / kg BB / hari
Dehidrasi sedang      : 200 cc / kg BB / hari
Dehidrasi berat          : infus RL, nacl, D10 %.
·         untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, BB 3 – 10 kg.
o   1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o   7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o   16 jam kemudian                   : 125 ml / kg BB, oralit per oral.
·         untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 – 15 kg
o   1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt. (makro).
o   16 jam kemudian  : 125 ml / kg BB oralit per oral
·         untuk anak ≥ 5 tahun, dengan BB 15 – 25 kg.
o   1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts / kg BB / mnt (makro)
o   7 jam berikutnya :  10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt (makro).
o   16 jam kemudian :  125 ml / kg BB, oralit peroral.
b.    Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya :
-       Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
-       Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
-       Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamiddalam waktu singkat. Pada diare berat, obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
-       Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance, oleh karena itu hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.
c.    Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
-       Kolera eltor:
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
-       S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
-       Salmonellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari atau
Kortimoksazol 2x2 tab atau
Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
-       Shigellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
-       Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
-       Amubiasis:
Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
-       Giardiasis:
Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
-       Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
-       Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
-       Virus : simtomatik dan suportif
d.        Therapi
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).
(a)      Obat-obatan Anti Sekresi
Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg.
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
(b)     Obat Spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di gunakan
(c)      Obat Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera dibeirkan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta, spt : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia.

J.      Pencegahan
Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) sebagai berikut :
1)      Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan Agent penyakit yang akan masuk kedalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan diperlukan oleh tubuh.
2)      Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi seperti Gastroenteritis.
3)      Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4)      Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)
Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dalam mencegah terjadinya penyakitGastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
-       Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara berkesinambungan sehingga tercapai proses pemulihan yang baik.
-       Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan yang lebih cepat.
-       Mencuci tangan sebelum makan
5)      Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit Gastroenteritis








BAB III
PENUTUP
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam penyakit. Penyebab pasti dari diare ini tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan melakukan berbagai macam pemeriksaan dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali. Barulah diketahui klien itu menderita penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak dapat dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan). Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan dan elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi rentan untuk kekurangan cairan dan elektrolit. Apalagi bila diare berat maka dehidrasi tidak dapat dihindari lagi dan dapat terjadi hipovolemik shock.
Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila bayi stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.
           




DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
Gastroenteritis. (2009). (2010). Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=47







Tidak ada komentar:

Posting Komentar