ARITMIA
VENTRIKEL
A.
Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia
adalah perubahan pada frekuensi dan irama janung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).
B.
Etiologi
Penyebab
dasar suatu aritmia sering sulit dikenali, tetapi tidak beberapa faktor
aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia
: miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia
: infark miokardium dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi
simpati : menguatnya tonus otot karena penyebab apapun
4. Obat-obatan
: efek pemberian obat-obatan digitalis atau bahkan obat-obat anti artimia
sendiri
5. Gangguan
elektrolit : ketidakseimbangan kaliumn kalsium dan magnesium
6. Regangan
(stretch) : hipertrofi ventrikel
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat
disebabkan oleh :
1. Peradangan
jantung, misalnya demam rematik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (arterosklerosis
koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena
obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
4. Gangguan
keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan
pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
6. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
7. Gangguan
endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
8. Gangguan
irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
9. Gangguan
irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).
C.
Macam – Macam Aritmia
1. Sinus
Takikardi
Meningkatnya
aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju gelombang
lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak disandapan
I,II dan aVF.
2. Sinus bradikardi
Penurunan
laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju kurang
dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
Impul
listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks
atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG
menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya
dengan gelombang P berikutnya.
4. Takikardi
Atrium
Suatu
episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur
sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium.
Kelainan
ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur,
dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaji.
6. Fibrilasi atrium
Fibrilasi
atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.
Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit.
7. Komplek jungsional premature
8. Irama jungsional
9. Takikardi ventrikuler
D.
Klasifikasi
Jenis-jenis
aritmia ventrikel
1. Ventrikel
ekstrasistol (VES,PVB,PVC)
2. Ventrikel
takikardi (VT)
3. Ventrikel
fibrilasi (VF)
E.
Patofisiologi
Supraventrikuler Takikardi (SVT) terjadi karena
adanya faktor re-entri impuls pada SA node/atrium. Tekanan karotid dan manuver
valsava dapat memperlambat denyut jantung. SVT dapat diketahui dengan perubahan
gelombang P :
Ø 50
% terjadi gelombang P menghilang dan terbenam dalam QRS atau retrograde
gelombang.
Ø 10-30%
terjadi anterograde atau polimorf gelombamg P, re-entri pada AV node.
Ø 5-10%
terdapat re-entri SA node yaitu intra arterial re-entri yang ditandai dengan
gelombang P arterograde.
Ø Sisanya
adalah intra arterial re-entri ditandai dengan bifasik gelombang P.
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan
fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara
keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu
badan dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang
perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh gemuk/kurus, anemis, sianosis, sesak
nafas, keringat dingin, muka sembab,
oedem kelopak mata, asites, bengkak
tungkai/pergelangan kaki, clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit
jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :Kecepatan/menit,
kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi setiap denyut sama kuat atau
tidak.
1.
Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah
terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau
emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point
of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis
midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada
pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
2.
Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan
denyut jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang
terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami
gangguan.
3.
Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas
atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus.
Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
4.
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung,
irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu
dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari
membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
ü Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh
penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
ü Bunyi jantung II (S2) disebabkan
oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
ü Bunyi jantung III (S3) merupakan
pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika
diastole dan mengikuti S2.
ü Bunyi jantung IV (S4) disebabkan
oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang lambat karena
meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
G. Pemeriksaan
Penunjang
1. EKG :
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada :
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi
ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia
: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi
konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit :
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan
disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat
jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan
atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
H. Penatalaksanaan
a. Terapi
Medis
Obat-obat antiaritmia
dibagi 4 kelas yaitu :
1. Antiaritmia
Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
a) Kelas
1 A
ü Quinidin
: adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flukter.
ü Procainamide
: untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai
anestesi.
ü Dyspiramide
: untuk SVT akut dan berulang.
b) Kelas
1 B
ü Lignocain
: untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
ü Mexiletine
: untuk aritmia ventrikel dan VT.
c) Kelas
1 C
ü Flecainide
: untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2. Antiaritmia
Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
ü Atenol,
Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan
hipertensi.
3. Antiaritmia
Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
ü Amiodarone,
indikasi VT, SVT berulang.
4. Antiaritmia
Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
ü Verapamil,
indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi
Mekanis
1. Kardioversi
: Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi
: kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan gawat darurat.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu
alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam
jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi
Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a. Riwayat Penyakit
ü Faktor resiko keluarga, contoh ; penyakit jantung,
stroke, hipertensi.
ü Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati,
GJK, penyakit jantung, hipertensi.
ü Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat
antiaritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
ü Kondisi psikososial.
b.
Pengkajian
Fisik
ü Aktivitas :
Kelelahan umum..
ü Sirkulasi :
Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur, defisit
nadi, bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah, missal; pucat
sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
ü Integritas Ego :
Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah, gelisah,
menangis.
ü Makanan/Cairan :
Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
ü Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
bingung, letargi, perubahan pupil.
ü Nyeri/Ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
ü Pernafasan :
Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
2.
DATA FOKUS
Kasus
:
Pasien Tn. Dj, 27 tahun, dirawat diruang perawatan CCU
(coronary care unit) dengan gangguan irama jantung. Pada pengkajian gambaran
EKG, irama dasar sinus rhtym tetapi kadang-kadang muncul gambaran ventrikel
ekstra sistol dan ventrikel takikardi. Pada riwayat penyakit, pasien pernah
dirawat dengan masalah yang sama dan elektrolyt imbalance. Hasil pemeriksaan
kalium : 1,8 mmol/L, Na : 134 mmol/l, Clorida : 100mmol/l.
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
- Pasien mengeluh pusing yang
disertai pingsan (sinkop)
-
Pasien mengatakan kaki dan tangannya dingin dan berkeringat
-
Pasien cepat lelah dan sesak nafas
|
-
Denyutan nadi lemah
-
Hemodinamik (peredaran darah) menurun
-
Sianosis
-
TD : 100/60 mmHg
-
EKG : Ventrikel extrasistol
-
Kalium : 1,8 mmol/L
-
Na : 134 mmol/l
-
Clorida : 100 mmol/l
|
3.
ANALISA DATA
NO
|
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
1.
2.
3.
|
DS : - Pasien mengeluh pusing yang
disertai pingsan (sinkop)
- Pasien mengatakan kaki dan
tangannya dingin dan berkeringat
DO : - Denyutan nadi lemah
- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- Sianosis
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
DS : - Pasien mengeluh pusing yang
disertai pingsan (sinkop)
- Pasien cepat lelah dan sesak
nafas
DO : - Denyutan nadi lemah
- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
- Kalium : 1,8 mmol/L
- Na : 134mmol/l
- Clorida : 100 mmol/l
DS : - Pasien mengeluh pusing yang
disertai pingsan (sinkop)
- Pasien cepat lelah dan sesak
nafas
DO : - Denyutan nadi lemah
- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
- Kalium : 1,8 mmol/L
- Na : 134mmol/l
- Clorida : 100 mmol/l
|
Penurunan curah jantung
Gangguan keseimbangan elektrolit
Intoleransi aktifitas
|
Kelistrikan jantung
Kurangnya keseimbangan Kalium
Kekurangan suplai oksigen (O2)
|
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Tanggal teratasi
|
1.
2.
3.
|
Penurunan
curah jantung b.d kelistrikan jantung
Gangguan keseimbangan elektrolit
b.d kurangnya keseimbangan kalium
Intoleransi
aktivitas b.d kurangnya suplai oksigen (O2)
|
25/
9 / 2012
25
/ 9 / 2012
25/
9/ 2012
|
25/
9 / 2012
26
/ 9/ 2012
26 / 9 / 2012
|
5.
INTERVENSI
NO
|
Tanggal
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi keperawatan
|
1.
2.
3.
|
25/
9 / 2012
25 / 9 / 2012
25 / 9 / 2012
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah penurunan curah
jantung sudah teratasi dengan criteria hasil :
1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalamrentang normal, haluaran urin adekuat, nadi
teraba sama, status mental biasa
2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja
miokardia
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan keseimbangan
cairan sudah teratasi dengan criteria hasil :
- Volume stabil keseimbangan elektrolit
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktivitas
sudah teratasi dengan criteria hasil :
- Klien akan berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan.
- Memenuhi perawatan diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan. |
1. Raba nadi
(radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan
simetris.
Rasional
: untuk mengetahui nadi
2.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya
denyut jantung ekstra,penurunan nadi.
Rasional : untuk mengetahui tekanan nadi dan
frekuensi jantung
3. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia.
-Monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi , dan
warna
Rasional : untuk mengetahui jumlah pengeluaran urine
setiap hari
-Ukur keseimbangan cairan masuk dan keluar dalam 24 jam
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan yang masuk
ke dalam dan cairan yang keluar
-
Beri terapi oksigen
Rasional
: agar kebutuhan oksigen terpenuhi
-
Anjurkan pasien untuk mengindari aktifitas yang berlebihan
Rasional : untuk mengurangi
kebutuhan oksigen yang berlebihan.
|
6.
IMPLEMENTASI
NO
|
Tanggal
|
Diagnosa
|
Implementasi Keperawatan
|
1.
2.
3.
|
25
/ 9 / 2012
25
/ 9 / 2012
25 / 9 / 2012
|
I
II
III
|
Jam
08.00
1.
meraba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
2.
Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut
jantung ekstra,penurunan nadi.
3.
Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung
Jam 08.00
1.
Monitor
pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi , dan warna
2. Mengukur keseimbangan cairan masuk
dan keluar dalam 24 jam
Jam
08.00
1. Memberikan terapi oksigen
2. Menganjurkan pasien untuk
mengindari aktifitas yang berlebihan
|
7. EVALUASI
NO
|
Tanggal
|
S.O.A.P
|
Paraf dan nama jelas
|
1.
2.
3.
|
25
/ 9 / 2012
25
/ 9/ 2012
25 / 9 / 2012
|
S: pasien sudah tidak mengeluh pusing
O:
TD :120/80 mmHg
EKG
sinus rhtym
A:
Tujuan tercapai masalah resiko gangguan penurunan curah jantung sudah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
S
: Pasien sudah tidak merasa dingin
O:
TD : 120/80 mmHg
A:Masalah
gangguan keseimbangan elektrolit sudah teratasi
P:Intervensi
dihentikan
S:
Klien sudah sehat
O:
Natrium normal : 135-145 mEq/L
Kalium
normal :3,5- 5,5 mmol/l
Cloridanormal
: 22-26mEq/L
A:
Masalah sudah teratasi kurangnya suplai oksigen
P:
Intervensi dihentikan
|
|
Aspek Legal Etik Keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan
dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus
dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan
untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa
prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
1.
Otonomi (Penentuan Pilihan)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek
terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
2.
Benefisiensi (Do Good)
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang
baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi
konflik dengan otonomi.
3.
Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan
adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4.
Nonmalefisien( Do no harm)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan
pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.
5.
Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai
ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
6.
Fidelity
Prinsip ini membutuhkan individu untuk menghargai
janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
mentapi janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7.
Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa
informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dicegah.
8.
Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang
berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana
tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
Ke-delapan prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien
dihargai, bila klien Tn.JR menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya,
maka kita izinkan asalakan sebelumnya keluarga klien harus diberikan pengarahan
tentang perawatan klien. Apakah keputusan ini mencegah konsekuensi bahaya?
Apakah tindakan ini bermanfaat, untuk siapa; apakah keputusan ini adil dalam
pemberian perawatan, perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dari status
sosialnya tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian perawatan untuk
klien tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak klien harus dihargai dan
dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan,
privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri,
DAFTAR PUSTAKA
Rokhaeni. Heni.dkk .2001.Keperawatan kardiovaskuler.Jakarta.Bidang Pendidikan dan pelatihan
Talbot.Laura A.dkk.2005.Pengkajian Perawatan Kritis.Jakarta.EGC
Doenges, Marylin E.,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC